model pembelajaran berbasis enterpreneurship
- Home
- Artikel Details
- model pembelajaran berbasis enterpreneurship
model pembelajaran berbasis enterpreneurship
Menurut UNESCO (1996, 2004), mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan di negara berkembang tidak seperti yang diharapkan. Pada umumnya, di negara-negara berkembang pendidikan hanya berfokus pada belajar hafalan dan tidak aktif mendorong peserta didik untuk berpikir secara mandiri serta mengabaikan pentingnya mengembangkan pola pikir kreatif. Sistem semacam ini tentu tidak relevan dengan fungsi pendidikan sebagai alat untuk pribadi.
Bolton & Thompson (2005) mendefinisikan entrepreneur sebagai seseorang yang terbiasa menciptakan dan berinovasi berdasarkan peluang yang ada untuk membangun sesuatu yang bernilai, dapat diterima dan diakui oleh masyarakat. Entrepreneur dapat dipandang sebagai sebuah kerangka berpikir untuk berinovasi sehingga hasil inovasi tersebut dapat diterima dan dihargai oleh orang lain.
Model pembelajaran berbasis Enterpreneurship adalah salah satu bentuk metode yang mengajarkan keterampilan berpproses untuk menciptakan sesuatu. Tahapan proses pembelajaran keterampilan atau tingkah laku di antaranya sebagai berikut :
1. pembelajaran dan bermain keterampilan mikro
2. observasi, kritik dan refleksi pada keterampilan mikro
3. aplikasi mikro keterampilan pada situasi kehidupan personal
4. analisis pada aplikasi keterampilan mikro, termasuk penilaian yang berkaitan dengan asumsi personal dan teori.
model pembelajaran kewirausahaan di sekolah memang sudah seharusnya diintegerasikan dengan dunia usaha dan industri yang sesuai dengan porsi dan tingkat pendidikan peserta didik yang diajar. Misalnya mengarahkan pada kemampuan enterpreneur dibidang pendidikan, seperti dalam dunia usaha pengembangan media pendidikan anak yang berbasis lingkungan, alat-alat peraga pendidikan, dan dibawa untuk berkunjung ke dunia usaha/industri untuk dijadikan sebagai gambaran. Dengan begitu peserta didik akan melakukan sebuah proses transformasi keilmuan yang didapat secara langsung bahkan bisa melakukan proses learning by doing sehingga akan meninggalkan bekas berupa pengalaman.
Peserta didik pun terlatih untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki untuk dapat menghasilkan ciptaan yang bernilai. Sejalan dengan hal tersebut, perlu dieksplorasi cara- cara yang memungkinkan para siswa dapat memperoleh kompetensi sesuai dengan tujuan instruksional menurut materi pembelajaran yang diberikan sekaligus memperoleh kompetensi yang terkait dengan kemampuan menghasilkan gagasan dan produk yang kreatif, inovatif, dan bernilai tambah yang dapat dihargai dan diterima oleh orang lain. Hal ini sejalan dengan kompetensi pada setiap wirausahawan atau entrepreneur (Bolton & Thomson, 2005; Swedberg. 2006).
Bagaimanakah urgensi dari pembelajaran berbasis enterpreneurship?
Demi bisa meningkatkan jiwa enterpreneurship tersebut, salah satu upaya yang dilakukan yaitu melalui pendidikan entrepreneurship yang terintegrasi dalam pembelajaran. Guru bisa berinisiatif untuk mengkolaborasikan pendidikan dengan bentuk pembelajaran berbasis Entrepreneurship sehingga kurikulum tidak monoton hanya membahas tentang materi pendidikan yang sudah dijadwalkan, namun juga terdapat pengajaran tentang pembentukan jiwa entrepreneurship dalam proses pembelajaran.
Dengan adanya pembelajaran berbasis Enterpreneurship dapat memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai bekal untuk bekerja dan hidup mandiri serta menjadi mata pencaharian, mendorong penciptaan lapangan pekerjaan sekaligus mengurangi pengangguran, mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengembangkan potensi yang dimiliki.