bahaya pelanggaran etika bisnis di era digital
- Home
- Artikel Details
- bahaya pelanggaran etika bisnis di era digital
bahaya pelanggaran etika bisnis di era digital
Isu etika bisnis paling banyak ditemui di era digital seperti sekarang, di antaranya ada privasi, nanoteknologi, menggeser pekerjaan manusia dengan teknologi, dan sebagainya. Lingkungan bisnis di era digital yang tidak etis ini menimbulkan dampak yang semakin masif sehingga tidak mengherankan jika terjadi perbedaan terhadap pelanggaran etika bisnis.
Dahulu, dampak pelanggaran etika bisnis hanya menyebar di lingkungan sekitar perusahaan. Namun, di era digital ini dampaknya bisa lebih luas, bahkan sampai ke tingkat global.
Saat ini era digital memang tidak bisa dihindari, tetapi harus ada upaya untuk mengurangi pelanggaran etika bisnis agar tidak merugikan masyarakat.Pelanggaran etika dapat terjadi di mana saja, termasuk di dalam dunia bisnis sekalipun. Demi mendapatkan keuntungan yang besar, tidak sedikit perusahaan yang berusaha untuk menggunakan segala cara. Padahal, sebenarnya praktik curang ini tidak hanya merugikan masyarakat, tetapi juga merugikan perusahaan itu sendiri karena bisnis yang dibangun dengan tidak etis sudah pasti tidak akan berjangka panjang.
Pada saat menjalankan bisnis ataupun suatu tugas diperlukan adanya rasa tanggung jawab dan sebuah aturan untuk mengatur tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Hal tersebut menjadi pendorong bagi sebuah bisnis untuk menuju arah yang lebih baik atau lebih sering disebut dengan kesuksesan.
Seringkali pebisnis dihadapkan pada kondisi-kondisi sulit dalam perkembangannya. Baik yang terkait dengan pengelolaan sumber daya internal perusahaan dan dengan masyarakat. Untuk menangani berbagai masalah sulit semacam itu, dibutuhkan suatu prinsip yang dapat membantu pebisnis dalam bersikap. Inilah alasan mengapa etika dalam berbisnis sangat penting untuk dimiliki.
Etika bisnis merupakan suatu pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal. Ini merupakan aturan tidak tertulis mengenai cara menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada kedudukan individu atau pun organisasi di masyarakat.
Meski sudah banyak yang memahami konsekuensi pelanggaran etika bisnis, tampaknya kesadaran akan pentingnya etika bisnis perlu terus digencarkan. Sebab, dalam praktiknya masih sering ditemukan pelanggaran terhadap etika bisnis oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab.
Misalnya ditinjau dari sisi lingkungan, bisnis yang etis adalah bisnis yang tidak akan merusak lingkungan. Ini terjadi karena jika perusahaan merusak lingkungan dalam jangka panjang, maka perusahaan dipastikan akan terkena masalah. Lebih parahnya lagi dampak yang terjadi di masa depan, lingkungan yang rusak bisa menjadi sumber bencana.
Terdapat pelanggaran etika lain yang sering ditemui, misalnya pelanggaran etika terhadap karyawan, khususnya terkait gaji, pesangon, jam kerja, dan sebagainya. "Bisnis yang etis, pasti karyawannya akan berkomitmen terhadap perusahaan, bahkan bisa bekerja lebih dari harapan dan semakin inovatif sehingga menguntungkan perusahaan.
Begitu juga sebaliknya, bisnis yang etis adalah bisnis yang juga mengurangi probabilitas karyawan untuk dipecat atau terkena PHK. Apalagi di era digital saat ini, isu etika bisnis yang laten, identifikasinya meliputi suap, pencurian, pemaksaan, intimidasi, penipuan, dan diskriminasi. Penipuan di era digital dapat berupa manipulasi laba dan manipulasi informasi. Demikian juga pencurian data pribadi lewat platform digital.