KETAHANAN UMKM di tengah badai Covid-19 menjadi topik panas untuk mampu bangkit memulihkan ekonomi nasional. Namun, petumbuhan ekonomi masih berdetak perlahan menuju keadaan ekonomi sebelum pandemi. Tindakan setiap wirausahawan masih butuh waktu beradaptasi untuk berdamai dengan virus ini. Akankah kualitas hegemoni jejaring UMKM mampu bangkit?

Bank Indonesia dan seluruh kantor perwakilan didalam serta luar negeri, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menteri Koperasi dan UKM serta Menteri Kelautan dan Perikanan mendukung komitmen program onboarding UMKM ke platform digital/marketplace. Melalui program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) dan Gerakan Nasional Bangga Berwisata di Indonesia Aja (Gernas BWI) sejak Mei 2020 hingga Juli 2021, sebanyak 7,2 juta UMKM telah onboarding. Pernyataan ini disampaikan dalam acara Puncak Karya Kreatif Inonesia (KKI) tahun 2021 oleh Kepala Departemen Komunikasi, Erwin Haryono, Jakarta, 23 September 2021.

Bak oase di padang pasir, kabar baik itu langsung disambut positif oleh pelaku UMKM, investor dan pelaku pasar. Orientasi UMKM yang berakar pada sifat keinovatifan, proaktif dan berani mengambil resiko menjadi pilar untuk mampu bangkit dari keterpurukan.

Suntikan dana lewat stimulus perekonomian nasional dengan kebijakan countercyclical menekan timbulnya kredit macet telah dilakukan. Kebijakan ini tertuang pada peraturan POJK Nomor 11/POJK.03/2020 diberlakukan mulai 13 Maret 2020 sampai 31 Maret 2021 mengenai penilaian kualitas asset, antara lain dengan cara penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu, pengurangan tunggakan pokok, pengurangan tunggakan bunga, penambahan fasilitas kredit/pembiayaan dan konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara.

Program pemerintah melalui UMKM Go-digital diharapkan memberikan kontribusi peningkatan kemampuan jaringan dan inovasi hemat (frugal innovation) terhadap kinerja inovasi. Kemampuan jejaring didasarkan pada empat elemen, yaitu, koordinasi, keterampilan relasional, komunikasi internal dan pengetahuan mitra.

Kemampuan jejaring penting untuk keberhasilan operasi organisasi bisnis. Namun, bukan satu-satunya faktor yang membuat peningkatan nyata dalam kinerja inovasi. Hegemoni jejaring diperlukan untuk memanfaatkan sumber daya dan informasi melalui jaringan untuk peningkatan kinerja inovasi.

Jika menggunakan kacamata bisnis, dominasi jejaring menyisakan tanda tanya. Pertama, apakah inovasi hemat (frugal innovation) dapat diterapkan untuk meningkatkan kinerja inovasi UMKM? Kedua, akankah inovasi hemat dapat ditingkatkan dari kemampuan hegemoni jejaring?

Yang jelas, menurut Menteri Kominfo pemerintah telah memberikan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) kita sebesar 695 triliun lebih, sebagian atau termasuk di dalamnya sebesar 123,47 triliun dialokasikan untuk UMKM Ultra Mikro Indonesia. Tugas kita adalah menseimbangkan UMKM konvensional dengan UMKM on board digital,” tandasnya.

Hegemoni Jejaring
Menilik fakta di atas, tampaknya peta jalan strategi inovasi akan didominasi dari dukungan peran pemerintah dan penyedia infrastruktur jaringan. Buktinya, pada tahun 2022, ada peningkatan transaksi e-commerce sebesar Rp 401 triliun. Angka ini meningkat hampir 2 kali lipat dari tahun sebelumnya dikutip dari Wakil Ketua Umum Bidang Komunikasi dan Informatika (KADIN) Firlie H. Ganinduto dalam acara Digital Transformation Virtual Expo 2022 (DTXID 2022) – Session 1.

Fungsi pemerintah menjadi regulator tampaknya perlu diapresiasi yang semula angka penerimaan negara turun tajam selama pandemi. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan melansir realisasi penerimaan pajak saat Juli 2020 hanya mencapai Rp711 triliun, atau minus 14,7% ternyata dalam 2 tahun per Februari 2022 jumlah penerimaan pajak mampu mencapai Rp 199,4 triliun. Capaian ini meningkat 36,5% dan sudah mencakup 15,8% dari target yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022.

Tiga poin penting bagaimana inovasi hemat berkontribusi meningkatkan kinerja inovasi. Pertama, UMKM harus fokus pada kegiatan inovasi daripada hanya mengejar mode tradisional bisnis. Kinerja inovasi hanya dapat dicapai jika perusahaan memiliki inovasi hemat yang kuat dan sumber daya untuk kegiatan inovasi yang diperlukan.

Kedua, pentingnya fleksibilitas strategi operasional UMKM mempertimbangkan hegemoni jejaring UMKM untuk memperoleh informasi terbaru untuk perbaikan kinerja inovasi. Ketiga, UKM harus berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan, untuk mengidentifikasi maupun mengatasi perubahan keadaan

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved