Pada kenyataannya, kesuksesan dapat dihambat oleh atasan (Bos), bukan hanya diri sendiri atau orang terdekat. Ternyata atasan kita pun berpeluang menjadi salah satu penghambat dalam kesuksesan. Tentu sikap kita tidak boleh diam saja, harus berani untuk menegaskan bahwa pekerjaan yang kita lakukan bukan semata-mata hanya untuk bos saja. Bila perlu, keluar dari pekerjaan tersebut jika bos terlalu dominan menghambat jalan sukses kita. Namun, tidak boleh tergesa-gesa untuk mengambil sebuah keputusan. 

Seharusnya seorang bos tidak boleh membatasi diri kita untuk berkembang, mereka harus memahami setiap karyawan yang bekerja di bawahnya karena semua orang memiliki tanggung jawab masing-masing. Meski begitu, ada juga tipe bos yang bersedia mendukung kesuksesan kita. Banyak juga karyawan yang mendapatkan kebebasan dari atasannya untuk mengembangkan kemampuannya dengan memberikan fasilitas yang dapat mendukungnya. 

Bagaimana kiat menaklukan faktor penghambat kesuksesan kita  jika penghambat itu berasal dari seorang atasan tempat kita bekerja? Kita tetap harus bisa mempertimbangkan segala keputusan yang akan diambil namun tetap tegas dalam memutuskannya. 

Langkah pertama membicarakan dengan maksud baik kepada bos bahwa apa yang menjadi pekerjaannya adalah salah satu impian yang sudah lama diinginkan. Maka pengembangan skill menjadi salah satu yang dibutuhkan untuk terus meng-upgrade kemampuan, meminta izin untuk melibatkan diri dalam mempelajari hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga kita merasa dipentingkan dalam pengembangan skill. 

Mengapa bos menjadi salah satu penghambat ?

Seringkali bos tidak memahami kemampuan apa saja yang dimiliki karyawan, bos hanya menginginkan apa pun yang menjadi perintahnya harus terlaksana. Tidak memikirkan apakah karyawan tersebut merasa nyaman, tertekan atau tidak. Bos juga biasanya menganggap karyawan hanyalah manusia pembantu kesuksesannya saja dan tidak memperhatikan apa yang menjadi hak dari karyawan. Terlalu anarkis memang, ketika seseorang menjadi atasan yang menganggap orang lain hanya sekadar bawahan. Perintah-perintahnya jika dilanggar satu kali pun bisa menjadi sebuah petaka bagi seorang karyawan untuk menjadi calon pegawai PHK. Membatasi karywan dengan berbagai aturan yang baku sehingga tidak leluasa menjalankan pekerjaan. Aturan-aturan tersebut terkadang hanya menekan salah satu pihak saja dan tentunya karyawan/buruh/pegawai menjadi sasaran. 

Tekanan-tekanan kerja juga membuat tidak nyaman dengan apa yang dikerjakan sehingga semakin banyak orang tidak mampu survife dan sukses dalam bekerja. Belum lagi masalah mengenai pengangkatan karyawan tetap masih bergantung pada masa bekerja dan diikat dengan perjanjian kontrak yang hasilnya hanya sementara saja. 

Memang terlalu buruk lingkungan kerja yang kita alami. Alangkah lebih baiknya melepas apa yang sedang dikerjakan sekarang untuk memulai bisnis sendiri dengan kerja keras. 

Mengapa harus berani untuk melepaskan pekerjaan sekarang dengan membuat usaha sendiri ? 

Berwirausaha sendiri lebih baik daripada bekerja selalu mendapatkan tekanan selama bertahun-tahun. Mengabdikan diri dengan membangun usaha bisa saja dapat melalpaui mimpi-mimpi yang sudah kita rancang sebelumnya. Memberanikan diri untuk keluar dari zona yang tidak nyaman juga penting untuk kesehatan mental agar tidak terpuruk dengan penyesalan. 

Banyak kisah seorang karyawan yang memiliki karier tinggi namun beralih pada usaha sendiri dengan menjadi seorang pengusaha UMKM. Mereka bukan tidak cukup dengan pendapatan yang dimiliki, namun ternyata tidak memiliki rasa kenyamanan dengan budaya kantor yang ia jalankan. Penuh dengan pembatasan untuk maju lagi. Belum lagi antar pegawai yang selalu sikut sana sini dan lebih banyak bermuka dua ketika bekerja. Namun, atas keberaniannya untuk melepas pekerjaan justru ia lebih leluasa untuk melakukan segalanya karena tidak terikat pada tekanan. 

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved